1.18.2013

Drainase dan Intensitas Curah Hujan

Bicara mengenai hujan, mungkin tidak akan habis dibicarakan dalam waktu singkat. Hujan merupakan rahmat dan karunia Tuhan untuk mahluk hidup yang ada di bumi. Dengan adanya hujan ini, tanah yang kering menjadi basah yang nantinya akan membawa kesuburan untuk tanaman dan tumbuhan. 

Hujan juga merupakan bahaya yang mengancam, apabila air yang diturunkan, volumenya melebihi batas tampung area yang menerima air hujan dan berjalan terus menerus. Hal ini diperparah dengan perencanaan system drainase yang kurang tepat, sehingga mengakibatkan banjir.


Baru baru ini masih hangat bagaimana ekonomi Jakarta terganggu selama beberapa hari, yang diakibatkan oleh hujan dalam durasi yang lama dan ditambah jebolnya tanggul di saluran banjir kanal barat di Jalan Latuharhary, Jakarta Pusat. Banjir dijakarta ini juga mrengakibatkan korban tewas sebanyak 11 orang.
(detikNews/2013/01/18; 12:01:14 : BPNKB Korban tewas banjir DKI 11 orang).


Gbr. 01 Bundahan HI Banjir(fotodoc:merdeka.com)
Bagaimanakah merencanakan system drainase air hujan yang baik? 

Hal pertama yang harus dilakukan sebelum menentukan system drainase yaitu mencari data intensitas air hujan dengan menggunakan alat ukur air hujan/Rain Gauge yang mengacu pada standar WMO (World Metrologi Organitation), kemudian barulah menentukan debit aliran air hujan di suatu daerah yang akan kita buat saluran drainasenya.


Sedangkan arti dari Intensitas curah hujan adalah jumlah curah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan atau volume hujan tiap satuan waktu, yang terjadi pada satu kurun waktu air hujan terkonsentrasi (Wesli, 2008).

Ada banyak metode yang digunakan untuk merencanakan debit air hujan dan Intensitas air hujan, seperti Metode Rasional USSCS (1973), Metode Mononobe, Metode Van Breen, Metode Haspers & Der Weduwen, dll.

  1. Perencanaan Debit Air hujan dgn Metode Rasional USSCS (1973).

Metode ini digunakan untuk daerah yang luas pengalirannya kurang dari 300 ha (Goldman et.al., 1986, dalam Suripin, 2004). Metode Rasional dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa curah hujan yang terjadi mempunyai intensitas seragam dan merata di seluruh daerah pengaliran selama paling sedikit sama dengan waktu konsentrasi (tc). Sehingga untuk menentukan debit air hujan yang perlu ditampung dalam saluran dapat digunakan Persamaan Matematik Metode Rasional yaitu : 

Q_hujan maks = 0,278.C.I.A

Dimana :
Q_hujan maks = debit maksimum (m3/detik)
C = koofisien aliran
I = curah hujan (mm/m2/jam)
A = luas area yang dihitung (km2)


Tabel 01. Koofisien Aliran









2. Perencanaan Itensitas Air hujan dgn Metode Mononobe

Metode mononobe yaitu dengan menggunakan persamaan sbb:

Dimana :

I   = Itensitas air hujan (mm/jam). 

R24 = Curah hujan rencana dalam suatu periode ulang, yang nilainya didapat dari tahapan sebelumnya (tahapan analisis frekuensi) atau curah hujan dalam 24 jam (mm/hari). 
t   = Lamanya curah hujan / durasi curah hujan (jam). 

Contoh kasus : jika anda ingin mengetahui intensitas curah hujan dari data curah hujan harian selama 5 menit, pengerjaannya adalah sebagai berikut (jika diketahui curah hujan selama satu hari bernilai 56 mm/hari) :











3. Perencanaan Itensitas air hujan Metode Van Breen

Berdasarkan penelitian Ir. Van Breen di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, curah hujan terkonsentrasi selama 4 jam dengan jumlah curah hujan sebesar 90% dari jumlah curah hujan selama 24 jam (Anonim dalam Melinda, 2007). 

Perhitungan intensitas curah hujan dengan menggunakan Metode Van Breen adalah sebagai berikut :







IT = Intensitas curah hujan pada suatu periode ulang (T tahun)

RT = Tinggi curah hujan pada periode ulang T Tahun(mm/hari)



Dengan nilai yang sama dengan nilai yang digunakan dalam Metode Mononobe, maka perhitungan intensitas curah hujan dengan Metode Van Breen, menghasilkan nilai sebagai berikut : 












Ternyata nilai intensitas curah hujan selama 5 menit dengan nilai curah hujan harian mencapai 56 mm/hari dengan menggunakan Metode Van Breen, nilainya lebih besar dibandingkan dengan perhitungan intensitas curah hujan menggunakan Metode Mononobe.

4. Perencanaan Itensitas air hujan Metode Haspers & Der Weduwen

Metode ini berasal dari kecenderungan curah hujan harian yang dikelompokkan atas dasar anggapan bahwa curah hujan memiliki distribusi yang simetris dengan durasi curah hujan lebih kecil dari 1 jam dan durasi curah hujan lebih kecil dari 1 sampai 24 jam ( Melinda, 2007 ). 

Perhitungan intensitas curah hujan dengan menggunakan Metode Haspers & der Weduwen adalah sebagai berikut :







Dimana : 
I     : Intensitas curah hujan (mm/jam)
R, Rt : Curah hujan menurut Haspers dan Der Weduwen
t     : Durasi curah hujan (jam)
Xt    : Curah hujan harian maksimum yang terpilih (mm/hari)


Dengan nilai contoh yang sama, akan tetapi dengan ditambah dengan durasi 60 menit :






















Setelah ditemukan nilai Itensitas dan debit air hujan, barulah dibuat saluran drainasenya yang sesuai dengan hasil perhitungan kubikasinya. 

Tambahan 
Untuk ukuran drainase air hujan dalam bangunan, dapat melihat spesifikasi pada table berikut :

Tabel 02 Ukuran saluran drainase utk bangunan


























SEMOGA BERMANFAAT.

sumber : 
  1. Panduan Sistem Bangunan Tinggi: Jimmy S. Juwana, Ir, MSAE.
  2. www.mtnugraha.wordpress.com/metode-intensitas-curah-hujan
  3. www.merdeka.com
Bookmark and Share it:

Flag Counter